Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Martin Luther : Pembawa Reformasi Protestan di Jerman

Seperti janji pada posting sebelumnya, kali ini akan dijelaskan tentang Reformasi Protestan di bawah kepemimpinan Martin Luther. 

Martin Luther muncul sebagai tokoh pelopor diadakannya pembaruan keagamaan. Ia mencetuskan berbagai protes terhadap Paus yang memimpin pada saat itu. Puncak dari pergerakan Luther dalam Reformasi Protestan adalah ketika terjadi penjualan surat pengampuan dosa secara besar-besaran oleh gereja. Bahkan demi mendapat banyak keuntungan, gereja mengumumkan bahwa surat pengampunan dosa bisa digunakan untuk menebus dosa keluarga yang telah meninggal dunia. Luther menilai bahwa tindakan penjualan surat pengampunan dosa tersebut tentunya sangat bertentangan dengan apa yang telah diajarkan oleh Yesus Kristus. Menurutnya, surat pengampunan dosa hanya boleh dibeli dengan sukarela, tidak dengan paksaan. Terlebih lagi ajaran Yesus tentang berbuat baik pada fakir miskin tentunya akan lebih bermanfaat dibandingkan dengan membeli surat pengampunan dosa. 


Martin Luther
Sumber : Google
Menyikapi maraknya penjualan surat pengampunan dosa, Luther kemudian mengeluarkan sebuah doktrin yang dinamakan justification by faith. Dia menganggap bahwa gereja ataupun pemuka agama tak selayaknya memberikan judge tentang pengampunan dosa. Hanya Tuhan-lah yang berhak mengampuni dosa manusia. 

Selain itu, Luther juga menolak adanya doktrin sakramen suci gereja. Doktrin tersebut menyebutkan bahwa pastor adalah mediator antara Tuhan dan manusia sehingga mereka dianggap suci. Hal tersebut, menurut Luther, akan memunculkan kepercayaan yang tak logis sama sekali. Dari sinilah mitos keajaiban pastor ditentang keras karena bisa menyebabkan pembodohan umat manusia. Manusia bisa langsung berhubungan dengan Tuhan tanpa melalui pastor sekalipun.

Doktrin-doktrin yang dimunculkan oleh Luther pada akhirnya meruntuhkan mitos gereja yang selama berabad-abad berdiri kokoh. Dengan kata lain, Martin Luther menelanjangi mitos keagamaan sehingga terlihat dengan jelas bentuk asli dari sosok agama tersebut. Lebih lanjut, muncul banyak tuntutan bahwa semua manusia adalah sama, baik pastor atau orang biasa, sehingga tak ada perbedaan tingkat dari manusia yang satu dengan manusia yang lainnya di hadapan Tuhan.

Luther juga menolak adanya 'pengkhususan' pastor dalam menerjemahkan Injil. Menurutnya, semua orang berhak untuk memberikan penafsirannya dalam Injil sehingga bisa menghindarkan monopoli kebenaran yang dilakukan oleh pemuka agama. Alkitab harusnya terbuka bagi semua orang yang percaya padanya, tak harus ditutupi dan terbatas oleh pemuka agama saja. Dalam sebuah pamflet yang berjudul : "Address to the Christian Nobility of the German Nation" Luther mengungkapkan sebuah kalimat yang sangat provokatif yakni : "Tak ada perbedaan antara pastor dan orang biasa. Semuanya yang beragama Kristen berhak untuk menafsirkan Al-Kitab dengan cara pandangnya masing-masing dan tak harus serta merta menerima tafsiran dari gereja: Al-Kitab bukanlah gereja yang memiliki otoritas tertinggi doktrin agama".




Lebih jauh lagi, Luther juga menganjurkan agar pastor melakukan perkawinan. Mengapa demikian? Menurutnya, pernikahan bukanlah sebuah dosa. Pernikahan adalah kebutuhan biologis yang dibutuhkan oleh semua orang, sekalipun dia pastor atau pemuka agama. Ketika seorang pastor tak menikah, maka dia bisa saja terjerumus untuk melakukan hubungan badan dengan wanita lain tanpa menikah. Bukankah itu adalah sebuah dosa? Dari situlah kemudian Luther menganggap pernikahan adalah hal normal dalam kehidupan manusia. Pendapatnya yang satu ini tentunya sangat berpengaruh dalam menggoyahkan sendi monastisisme Khatolik yang telah berdiri kokoh selama berabad-abad.

Kekuasaan universal Paus juga tak lepas dari kritik Luther. Menurutnya, kekuasaan Paus bukanlah kekuasaan yang universal. Paus harus tetap tunduk pada pemerintahan sebuah negara yang didiaminya. Inilah yang kemudian menjadikan banyak sekali bangsawan dan politisi yang mendukung Luther. Banyak sekali orang yang ingin terbebas dari beban pajak gereja kepada rakyat yang semakin lama semakin menderita. Bangsawan dan rakyat mulai menentang secara terang-terangan Paus dan gereja, bahkan ingin memisahkan diri dari Imperium Roma. 

Luther juga menuntut agar otoritas gereja (agama) dan politik dibedakan. Hal ini karena Paus dan gereja pada masa itu mencampur adukkan apa yang harusnya mereka lakukan (yakni pengajaran agama) dengan politik. Tuntutan ini dikabulkan dan pada akhirnya banyak negara di Eropa yang memisahkan dengan tegas antara politik dan agama. Dari gerakannya ini, Luther berhasil merubah konsep masyarakat universal atau imperium dunia menjadi konsep negara-bangsa. 

Eropa yang pada saat itu didominasi oleh Gereja, dan Paus, akhirnya mengalami disintegrasi politik yang tak pernah terjadi selama seribu tahun. Inilah salah satu gerakan hebat Luther yang berhasil mencabik-cabik Eropa menjadi negara kecil yang berdiri sendiri tak memiliki kaitan satu sama lain. 

Gagasan Luther lainnnya dalam Protestantisme adalah pandangan bahwa kerja bukanlah sebuah hal yang menyebabkan dosa. Bahkan sebaliknya, kerja keras adalah salah satu bentuk pengabdian pada Tuhan. Dengan bekerja keras, seseorang bisa mendapatkan rahmat dari Tuhan. 

Semua informasi tersebut mengacu pada buku Pemikiran Politik Barat karya Suhelmi yang terbit pada tahun 2001.

Demikianlah gerakan Reformasi Protestan yang dibawa oleh Martin Luther. Reformasi tersebut tentunya membawa dampak yang sangat besar bagi dunia, khususnya bagi Eropa yang pada saat itu didominasi oleh Paus dan Gereja. Semoga apa yang dituliskan disini bisa bermanfaat untuk anda.

Bila ada hal yang perlu ditanyakan (termasuk kritik dan saran), jangan sungkan-sungkan untuk meninggalkan  jejak di kolom komentar ya.

Posting Komentar untuk "Martin Luther : Pembawa Reformasi Protestan di Jerman"