Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

'One Dimensional Man' : Herbert Marcuse


Teori kritis merupakan sebuah teori yang hingga sekarang masih hangat diperbincangkan. Hal ini karena metode pendekatan yang dilakukan oleh teori kritis sangat berbeda dengan teori-teori pada umumnya dimana teori ini menekankan pada sebuah teori tentang masyarakat yang bersifat interdisipliner. Jika ditelusuri lebih jauh, teori ini mulai dikenal secara umum melalui pemikiran filsuf Jerman yang bernama Max Horkheimer. Dalam perjalanan pemikiran teori kritis, ada dua filsuf lain yang mempengaruhinya yakni Adorno dan Herbert Marcuse.

Pemikiran Marcuse memang tak bisa terlepas dari tiga tokoh filsuf besar yakni Heidegger, Husserl, dan Hegel. Hal tersebut bisa didapatkan dari pandangan Marcuse sendiri tentang masyarakat di era industri modern, yang pada awalnya digambarkan bahwa Marcuse mempunyai ‘tujuan satu dimensi manusia’ ternyata juga memiliki sebuah kemungkinan untuk mencapai kebebasan sejati umat manusia.

sumber : google
Perkembangan atau perubahan kebudayaan pada masa itu, yakni masyarakat industri modern, menjadi salah satu hal yang banyak dikritik oleh Herbert Marcuse dalam karyanya ‘One-Dimensional Man’. Masyarakat yang pada masa itu telah dicekoki oleh kemajuan teknologi seolah-olah melupakan apa yang sebenarnya penting bagi mereka, yakni sifat-sifat kemanusiaan dan luhurnya akal budi. Bahkan mereka seolah-olah menjadikan teknologi sebagai sebuah hal yang sacral dalam pikiran mereka sendiri. Hanya manusialah yang bisa menentukan kemanakah arah perkembangan kebudayaan yang akan mereka ikuti, ke arah yang semakin maju atau semakin mundur. 

Diantara beberapa karya terkenalnya yang lain, ada sebuah karya Herbert Marcuse yang berjudul One Dimensional Man, yang sangat terkenal dikalangan para pemikir. Dalam bukunya tersebut, Herbert Marcuse banyak memuat tentang pokok-pokok kritiknya terhadap kehidupan masyarakat industri modern.
Baginya, kehidupan masyarakat industri modern bukanlah kehidupan yang sehat.Hal tersebut karena masyarakat industri modern merupakan masyarakat yang berdimensi satu.Lebih jauh dari itu, Marcuse bahkan mengungkapkan bahwa ‘dimensi satu’ tersebut hanya berpusat atau berporos pada sebuah tujuan saja, yakni tetap berlangsungnya sistem kapitalisme yang ada pada masa itu. Menurut Marcuse, masyarakat pada masa itu bersifat represif dan totaliter.

Bisa digambarkan bahwa keadaan yang terjadi pada masyarakat industri modern pada saat itu adalah tak ada yang terlepas dari penindasan, penguasaan, dan juga pengaturan secara menyuluruh.
Pemikiran satu dimensi secara sistematis dikembangkan oleh para pembuat politik dan penyedia informasi massa. Semesta wacananya dipenuhi dengan hipotesis validasi-diri yang secara terus menerus dan monopolistik terulang, menjadi definisi dan pendiktean yang melenakan.[1]

Dari pernyataan tersebut, maka bisa kita ambil sebuah gambaran bahwa masyarakat industri modern adalah masyarakat yang memang dibentuk untuk senantiasa berada dalam sebuah kebutuhan palsu yang bekerja sebagai bentuk dari kontrol sosial.

Adapun beberapa bagian pemikiran Herbert Marcuse dalam karyanya One-Dimensional Man yang
sumber : google
menyentuh kehidupan masyarakat adalah sebagai berikut :
[2]
  • Segi Sosial-Ekonomi
    Secara ekonomi, masyarakat industri modern memang mengalami berbagai kelimpahan mulai dari kenyamanan dan keteraturan.Kemajuan pesat dalam bidang teknologi menjadikan manusia seolah terbebas dari cucuran keringat dalam pekerjaannya sehari-hari.Namun, menurut Marcuse, semua hal itu hanya merupakan kenampakan dari luar saja dan halusinasi karena belum menyentuh pada hakikat manusia seutuhnya.Segala sesuatu harus dilihat dalam rangka keseluruhan kehidupan masyarakat dalam mengembangkan nilai-nilai kemanusiaannya secara utuh.Lebih lanjut, kemajuan di bidang material memerlukan tinjauan lebih mendalam, mengenai perkembangan pada bidang-bidang lain seperti halnya moral dan kebudayaan, ataukah sebaliknya justru membawa korban.
    Kemajuan teknologi secara pesat menurut Marcuse merupakan sebuah era perbudakan baru dimana teknologi dan masyarakat industri merupakan ungkapan kepentingan pribadi yang dipaksakan kepada massa. Masyarakat industri modern masih merupakan masyarakat yang teralienasi, karena mengasingkan manusia-manusia yang menjadi warganya dari kemanusiaannya.Bahkan mereka tak menyadari bahwa sebenarya diri mereka juga ikut teralienasi.
    Struktur pasar yang ada saat ini, merupakan alat pemerasan dan penguasaan, karena motif mengejar keuntungan akan mendorong produsen menguasai konsumen, baik dengan memeras buruh (yang tidak lagi secara fisik) maupun dengan memanipulir kebutuhan (kebutuhan palsu). Kebutuhan palsu ini adalah kebutuhan yang dibebankan kepada individu oleh adanya kepentingan sosial khusus dalam represinya. Dengan demikian, kapitalisme telah  menghasilkan  suatu sistem suatu sistem ‘perbudakan  sukarela’.
  • Segi Sosial-Politik
    sumber : google
    Negara yang baik secara ideal harusnya semakin mampu menjamin hak-hak dan kebebasan warganya. Pemerintahan yang demokratis seharusnya memberikan peluang bagi para pemikiran-pemikiran kritis dan kreatif, mau menerima kritik dan memperbaiki diri atas dasar kritik tadi.Lalu apakah pada masyarakat industri modern terjadi hal yang demikian?Marcuse mencoba menyerang hal tersebut. Menurutnya masyarakat industri modern melaksanakan wujud kekuasaannya dengancara yang totaliter.
    Totaliter yang dimaksud disini tak terbatas pada pengaturan politik masyarakat yang hanya bersifat teoristik, melainkan juga pengaturan non-teoristik atas ekonomi dan kemudian memunculkan manipulasi kebutuhan-kebutuhan oleh mereka yang berkuasa. Manipulasi akan kebutuhan akan mengarahkan masyarakat kepada sebuah stagnasi dan menghalangi timbulnya oposisi yang bertujuan mengadakan perubahan secara menyeluruh dan mendalam.
    Marcuse, menggambarkan bahwasanya negara-negara industri  modern merupakan negara yang memadukan kemakmuran dengan ancaman-ancaman perang dan kehancuran umat manusia. Kejahatan-kejahatan masyarakat, seperti iklan yang keterlaluan, pemerkosaan martabat manusia, peperangan dengan perlombaan persenjataannya, kebijaksanaan penggunaan nuklir, dan yang menampakkan kemiringan peradaban modern, kesemuanya diterima begitu saja dan dianggap lumrah.
    Demikianlah arah ‘satu-dimensionalita’ masyarakat industri modern dalam segi sosial-politik, terungkap dalam tindakan-tindakan represif untuk mempertahankan sistem yang ada.Kritik dan kebebasan berpikir hanya dalam rangka status quo, untuk memperbaiki dan meningkatkan sistem yang ada, tidak pernah boleh keluar daripadanya.Penguasaan atas teknik dan produksi menjadi alat pengendalian sosial.
  • Segi Sosial Budaya
    Aspek Sosial-budaya merupakan sesuatu yang paling kompleks dibandingkan dengan aspek yang lainnya.Untuk itu, aspek sosial-budaya dibagi lagi menjadi beberapa bagian, diantaranya adalah :
    • Seni dan SastraMenurut Marcuse, karya seni/sastra yang sungguh-sungguh memenuhi fugsinya ada pada masa sebelum rasionalitas teknologis menguasai seluruh segi kehidupan seperti saat ini. Memang masa itu adalah masa yang terbelakang dibandingkan sekarang, namun karya-karya sastra masa sebelumnya masih mengungkapkan rasa kekaguman dan keindahan alam, juga adanya kerinduan manusia yang belum terpenuhi.Bukan realisme dan pragmatisme dalam kebudayaan teknik operasional seperti dewasa ini.Kebudayaan masa sekarang adalah kebudayaan yang sudah dicangkokkan pada kenyataan yang ada.Sedangkan pada masa sebelumnya merupakan bentuk kebudayaan hakiki yang mengungkapkan kesadaran dan ketidak bahagiaan dalam dunianya.Dengan ini maka kebudayaan dewasa ini sudah kehilangan hakikat dan kebenarannya.
    • BahasaMedia massa merupakan alat yang paling efektif dalam menyebar-luaskan one-dimensional behavior. Bahasa yang digunakan sehari-hari mendukung pemikiran-pemikiran positivistic, dan cenderung menentang pemikiran-pemikiran kritis dan kreatif.Pada masyarakat industri modern, bahasa kehilangan unsur kebenarannya.Perbedaan antara yang nyata dan yang nampak menjadi kabur.Dalam dunia politik, dipakailah istilah-istilah dan pengertian khusus, tidak peduli akan kebenarannya lagi. Menggabungkan atau memasang-masangkan kalimat yang sebenarnya sangat bertentangan. Misalnya ‘damai berarti perang’ dan ‘perang berarti damai’; ‘rezim otoriter adalah rezim yang demokratis’ dan lain sebagainya.Dalam iklan-iklan bahasa malah lebih dipermainkan tak karuan.Istilah tidak lagi mencerminkan realitas sebenarnya.Bahasa yang digunakan itu bersifat membujuk, menanamkan gambaran-gambaran tertentu dan menghipnotis pembaca maupun pendengar untuk membeli produk-produk tersebut.

[1]Marcuse, Herbert. 2000. Manusia Satu-Dimensi terjemahan Sirvester G. Sukur dan Yusup Priyasudiarja. Yayasan Bentang Budaya : Yogyakarta. Hal 21
[2] Sastrapratedja, M. 1983. Manusia Multi Dimensional. Sebuah Renungan Filsafat. Gramedia: Jakarta
 

2 komentar untuk "'One Dimensional Man' : Herbert Marcuse"

  1. bagus tulisannya, apalagi komitmen anti plagiasinya. cuman sayang kalau ada beberapa bagian yang anda copy, tidak diberi refrensinya

    BalasHapus
    Balasan
    1. sepertinya saya kemarin juga copy beberapa tulisan dari mas Fedi Patria

      oke, terima kasih atas sarannya
      akan segera dilakukan perbaikan dan refisi mas
      :)

      Hapus