Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sejarah Filsafat Prancis: Riwayat Hidup Henry Bergson (1859 – 1941)


Siapa yang tak kenal dengan nama fenomenal Filsuf asal Prancis yang satu ini? Ya, dialah Henry Bergson. Filsuf yang menjadi ciri khas dari pemikir Prancis ini lahir di Paris namun memiliki orang tua yang berkebangsaan asing. Ayahnya merupakan komponis asal Polandia dan ibunya merupakan orang Inggris. Budaya Inggris yang melekat pada Bergson menjadikan dirinya seolah memancarkan keterbukaan terhadap alam pikiran Inggris yang tentu jarang ditemukan di antara para pemikir Prancis lainnya. Keluarga Bergson adalah penganut Yahudi.

Semasa muda, Bergson belajar di Lycee Condorcet, sebuah sekolah menengah di Paris. Ia dikenal menguasai Matematika dan Filsafat. Dalam beberapa tahun menjalani sekolah di Lycee Condorcet, Bergson membuat kecewa gurunya karena ia lebih memilih untuk mendalami Filsafat dibandingkan Matematika. Setelah lulus dari sekolah menengah, Bergson melanjutkan pendidikannya di Ecole Normale Superieure. Di sana ia belajar bersama Emile Durkheim, yang nantinya akan menjadi tokoh besar di bidang Sosiologi dan juga Jean Jaures, yang nantinya akan memimpin Sosialisme di Prancis.

sumber: goodreads.com

Pada tahun 1897, ia menjadi dosen di universitasnya tersebut, Ecole Normale Superieure. Sejak tahun 1900 Bergson fokus mengajar sejarah filsafat Yunani. Namun di tahun 1904, ia mulai mengajar tentang filsafat modern. Pada saat itu pulalah kuliah-kuliah yang diberikan Bergson mulai mengundang perhatian banyak orang, tidak hanya saja mahasiswanya, namun juga para pemikir dari kalangan non-akademis. Setidaknya belum pernah ada dosen filsafat pada saat itu yang mendapatkan kesuksesan luar biasa dalam jangka 10 tahun sebelum dimulainya Perang Dunia I selain Bergson. Di tahun 1921, Bergson memutuskan untuk berhenti mengajar karena alasan kesehatan.

Karya
Tak hanya mengalami kesuksesan saat menjadi dosen, karya-karya filsafat Bergson pun kerap dicetak ulang karena selalu laris diserbu para pemikir dan mahasiswanya. Adapun karya-karya filsafat tersebut di antaranya adalah sebagai berikut:
·         Matiere et Memoire (Materi dan Ingatan) tahun 1896.
·         Le rire (Tertawa) tahun 1900
·         L’evolution Creatrice (Evolusi Kreatif) tahun 1907
·         Duree et Simultaneite (Lamanya dan Keserentakan) tahun 1922

Meskipun demikian, sejak tahun 1926 Bergson menolak untuk mencetak ulang karya-karya filsafat di atas. Sebuah pertanda bahwa ia mulai tak sependapat lagi dengan apa yang pernah dituliskannya dulu.

Adapun karya terakhir Bergson yang juga menjadi karya terbesarnya adalah Les deux sources de la morale et de la religion (Kedua SUmber dari Moral dan Agama) tahun 1932. Beberapa artikelnya pun dikumpulkan dalam beberapa media yakni L’energie Spirituelle (Energi Rohani) tahun 1919 dan La Pensee et Le Mouvant (Pemikiran dan Yang Bergerak) tahun 1934. Setelah Bergson meninggal, karyanya yang masih dicetak ulang adalah Ecrits et Paroles (Karangan-karangan dan Perkataan-perkataan) berjumlah 3 jilid dari tahun 1957-1959.

Waktu Perang Dunia I, Bergson pernah mengabdikan dirinya kepada negara sebagai utusan dari pemerintah Prancis. Setelah Perang Dunia I berakhir, Bergson pun pernah menjadi ketua komisi untuk kerja sama internasional PBB. Pada tahun 1914 ia dipilih menjadi anggota dari Academie Francaise dan di tahun 1928, dirinya mendapatkan nobel di bidang kesusasteraan.

Gaya penulisan Bergrson dikenal selalu menggunakan bahasa yang bagus. Uraiannya pun kerap dihiasi dan menarik karena di dalamnya terdapat berbagai kiasan, perbandingan, serta contoh sehingga para pembaca buku-bukunya dapat memahami apa yang dimaksudkan oleh Bergson dalam tulisannya tersebut. Meski demikian, tulisan yang cenderung mendekati sastra tersebut juga memiliki sisi negatif. Pasalnya penguraian Bergson kerap mengabaikan argumentasi logis serta analisa teliti yang harusnya ada pada tulisan-tulisan filsafat. Jadi tak heran apabila Bergson sendiri sering mendapatkan kritisi dari orang-orang yang menganggap Bergson lebih seperti penyair dan mistikus apabila dibandingkan dengan seorang pemikir khas filsafat.

sumber: thefamouspeople.com


Hal yang dapat disangkal adalah bahwa Bergson memiliki erudisi yang sangat luas. Pengetahuannya tentang ilmu pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan manusia sangat mendalam. Ia pun dapat mengolah setiap dengan data ilmiah dengan penyampaian yang menarik. Kaitan berbagai ilmu pengetahuan inilah yang kemudian menjadikan filsafat Bergson sangat populer. Pengetahuan Bergson tentang ilmu sejarah juga sangat luas.


Pada akhir hidupnya, Bergson tertarik dengan Gereja Katolik, seperti apa yang dituliskannya pada buku berjudul Kedua Sumber dari Moral dan Agama tahun 1932. Dalam surat wasiatnya pun Bergson mengatakan bahwa satu-satunya alasan untuk tak meminta dibaptis oleh Gereja Katolik adalah karena ia memiliki solidaritas terhadap bangsa Yahudi, yang menjadi bangsa Ibunya. Ia tak mau meninggalkan kalangan Yahudi, terutama saat mereka teraniaya. Namun di sisi lain Bergson berharap agar saat ia dimakamkan kelak, Pastor Katolik bersedia untu mendoakannya. Henry Bergson meninggal pada tanggal 3 Januari 1941 di Paris, saat tentara Jerman menduduki ibukota Prancis tersebut.

sumber: 
Bertens. Sejarah Filsafat Kontemporer Prancis Jilid II. 2014. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Hal 9 - 13

Posting Komentar untuk "Sejarah Filsafat Prancis: Riwayat Hidup Henry Bergson (1859 – 1941)"